Jayanagara merupakan raja kedua Kerajaan Majapahit, dan memimpin pada tahun 1309 – 1328 M. Dalam sejarah Majapahit, Jayanagara adalah Raja Majapahit yang paling dibenci.
Mengapa kepemimpinan Jayanagara di Majapahit tidak di sukai? Pada artikel kali ini kita akan membahas Jayanagara dan juga beberapa alasan yang membuat kepemimpinannya tidak disukai.
Jangan Lupa Simak Mpoprofit untuk dapatkan Keuntungan Besar
Sejarah dan Kepemimpinan Jayanagara, Raja Kedua Kerajaan Majapahit
Jayanagara merupakan putra mahkota dari pendiri sekaligus raja pertama Kerajaan Majapahit, Raden Wijaya. Jayanagara menjadi raja kedua Kerajaan Majapahit pada tahun 1309.
Jayanagara adalah putra dari istri Raden Wijaya yang berasal dari Kerajaan Dharmasraya (Sumatera) yang bernama Dara Petak alias Indreswari. Jayanagara lahir pada 1294 M.
Alasan Jayanagara, Raja Kedua Kerajaan Majapahit Tidak Di sukai
Sejak Jayanagara naik tahta pada tahun 1309 M, banyak orang-orang di Majapahit tidak menyukai sosok raja dengan gelar Sri Maharaja Wiralandagopala Sri Sundarapandya Dewa Adhiswara ini.
Ada beberapa alasan yang membuat putra Raden Wijaya dan Indreswati tidak di sukai ketika ia menjadi raja kedua Kerajaan Majapahit, berikut ini di antaranya:
Jayanagara Bukan Turunan Murni Wangsa Raja-raja di Jawa
Sebagai salah satu alasan mengapa Jayanagara tidak di sukai kepemimpinannya adalah karena ia berdarah campuran, Jawa dan Melayu. Selain itu, Jayanagara juga bukan lahir dari permaisuri, melainkan dari istri selir Raden Wijaya.
Meskipun Indreswati atau Dara Petak merupakan istri selir, akan tetapi ia berhasil membujuk Raden Wijaya untuk menjadikan Jayanagara menjadi putra mahkota Majapahit.
Hal itulah yang kemudian membuat kekuasaan raja kedua Kerajaan Majapahit dibenci oleh kalangan istana sendiri.
Digambarkan Sebagai Sosok Raja yang Jahat, Kejam, dan Gila Kuasa
Dalam Kitab Pararaton, menyebutkan bahwa Jayanagara dengan nama Kalagmet yang memiliki arti “lemah” atau “jahat”. Jayanagara di gambarkan sebagai sosok raja yang jahat dan kejam.
Banyak Terjadi Pemberontakan Pada Masa Pemerintahan Raja Kedua Kerajaan Majapahit
Jayanegara sebagai raja kedua Kerajaan Majapahit ini sangat khawatir kehilangan tahtanya. Bahkan, Jayanagara melarang dua adik perempuannya, yaitu Tribhuwana Tunggadewi dan Rajadewi Maharajasa, menikah.
Dikutip dari karya Purwadi, Sejarah Raja-raja Jawa: Sejarah Kehidupan Kraton dan Perkembangannya di Jawa (2007), Jayanagara takut jika suami dari adik-adiknya nanti akan mengancam kekuasaannya sebagai pemilik tunggal tahta Majapahit.
Sikap dan sifat inilah yang kemudian menimbulkan beberapa pemberontakan. Karena mereka menganggap, bahwa tahta Majapahit jatuh kepada Jayanagara, merupakan orang yang salah.
Akhir Hayat Jayanagara
Jayanagara selalu saja lolos dari maut di beberapa pemberontakan, salah satunya berkat Gajah Mada yang membantunya. Namun, nyawa Jayanagara justru melayang di tangan Ra Tanca tabib sekaligus pengawal kepercayaannya.
Gajah Mada kala itu bertugas sebagai pengawal khusus raja, langsung bertindak dan membunuh Ra Tanca.
Setelah kematian raja kedua Kerajaan Majapahit ini, Tribhuwana Tunggadewi dinobatkan sebagai raja perempuan pertama Kerajaan Majapahit. Gajah Mada pun ditunjuk sebagai Mahapatih Majapahit.